Cerita ini diawali dari kisah seorang pemuda yang terlihat murung dan terlihat banyak beban dihati dan pikirannya, sehigga badannya tak sanggup menegakkan kepala pemuda tersebut. Pemuda tersebut pun langsung duduk pada akar pohon yang menjulang keluar, dan menjadi tempat duduk yang nyaman buat pemuda tersebut sambil menyandarkan badannya ke batang pohon yang berdiri kokoh.
Tidak lama kemudian, datang seorang guru yang mendekati pemuda tersebut dan bertanya : wahai pemuda, kenapa kamu disini?dan kelihatannya kamu lagi sedih dan banyak masalah yang kamu hadapi!!!
Itu bukan urusan kamu! Jawabnya sambil menundukan kepalanya, seakan pemuda tersebut sudah tidak mampu menegakkan kepalanya. Jangan begitu, mugkin saya bisa membantu kamu, ucap sang guru. “ nggak,,,, guru tak akan mampu mengurangi bahkan menghilangkan masalah yang sedang aku hadapi, seakan masalah ini tidak mau pergi dari dalam hidupku”, saut sang pemuda.
Wahai pemuda tolong ambillah dua genggam garam dan 1 gelas air. Pergilah pemuda tersebut ke warung yang ada didekat danau yang jernih tesebut. “ini garam dan airnya, guru…..”. kemudian sang guru menyuruh pemuda tersebut untuk memasukkan segenggam garam di tangan kananya kedalam gelas yang berisi air dan kemudian sang guru menyuruh pemuda tersebut untuk meminum air dalam gelas itu.
Sang pemuda pun menuruti apa yang di perintahkan sang guru. Pada tegukan yang pertama, pemuda tersebut langsung memuntahkan air ke tanah. Kenapa? Tanya sang guru. “Asin sekali guru….”jawab pemuda tersebut.
Karena rasa asin dilidahnya tidak hilang-hilang, kemudian pemuda tersebut lari kedanau dan meminim air danau yang jernih dan langsung dari mata air tersebut untuk megobati rasa asin dilidahnya. Setelah satu…dua….tiga teguk air danau diminum, baru hilang rasa asin dilidah pemuda tersebut. Sang guru pun mendekati pemuda tersebut di tepi danau.
“Hai, Pemuda lemparkankan garam yang ada di genggaman tangan kirimu ke danau itu” .kata sang guru. Dilemparlah segenggam garam tersebut kedanau dan sang guru pun menyuruh sang pemuda untuk meminum air danau tersebut. Setelah di minum, pemuda tersebut berkata “ airnya tidak terasa asin, guru” tetap segar.”. sang pemuda pun mengambil air tersebut dengan kedua telapak tangannya untuk di minum sampai hilang rasa asin yang mungkin masih terasa dilidah.
Sang guru pun mengajak pemuda tersebut duduk di tepi danau dan berkata “ wahai pemuda, garam tadi adalah ibarat maslah yang kamu hadapi, dimana danau dan gelas adalah ibarat hati yang ada dalam diri kamu. Semakin lebar hati kamu dalam menerima suatu masalah, maka kamu tidak akan merasakan masalah tersebut dan begitu pula sebaliknya.
Pesan moral : banyaklah berbagi masalah yang kamu alami dengan orang lain, karena semakin lebar wadah (danau) kamu untuk menebar masalah (garam) tersebut maka masalah tersebut tidak akan terasa dan semakin mudah kamu menghadapinya.Sumber:
http://rafi218.blogspot.com/2009/06/segelas-air-vs-air-danau-yang-jernih.html
0 Komentar:
Posting Komentar